kita pasti sudah tak asing lagi dengan pertanyaan,
“Kapan nikah?”, “Kapan punya momongan?”, “Kapan nambah momongan?”, “Ayo kapan coba lagi? Siapa tahu cewek/cowok.”
(Kalimat yang terakhir sih biasanya dilontarkan untuk mereka yang punya beberapa anak dengan jenis kelamin sama).
Mungkin kita tidak sadar jika pertanyaan semacam itu bisa saja menyinggung hati yang ditanya.
Yang kita tanya “Kapan nikah?” mungkin saja sudah hampir menikah, namun batal karena qadarullah. Atau mungkin juga ia belum menikah karena kesulitan menemukan calon yang tepat di zaman yang serba tidak jelas dan makin ngawur ini.
Yang kita tanya “Kapan punya momongan?” bisa jadi sudah pernah punya momongan, namun qadarullah buah hatinya berpulang lebih awal ke rahmatullah. Atau mungkin saja mereka tiada lelah memohon pada Allah Swt, sambil menangis dalam sujudnya, Allah ingin menaikkan derajatnya dan menguji mereka dengan suatu kondisi yang belum tentu kita sendiri mampu menghadapinya.
Yang kita tanya “Kapan nambah momongan?” mungkin saja tidak seberuntung kita yang diberikan kemudahan oleh Allah Swt. Bahkan mungkin mereka harus melalui perjuangan dan kesabaran yang luar biasa untuk mendapatkan momongan pertamanya, dan mungkin belum tentu kita sanggup sekuat dan sesabar mereka dalam menghadapi ujiannya.
Yang kita tanya “Ayo kapan coba lagi? Siapa tahu cewek/cowok.” bisa jadi mereka sudah berdoa dan ikhtiar sekuat tenaga yang Allah Jalla Jalaluhu berikan, namun pada akhirnya memang hanya Allah Swt yang lebih tahu mana yang terbaik bagi hamba-Nya.
Sahabat Ummi, Allah memberikan ujian kepada hamba-Nya dalam berbagai macam rupa sesuai ketahanan dan kesanggupan masing-masing hamba-Nya.
Kita tak pernah tahu apa yang dialami oleh seseorang dibalik senyum indahnya. Kita tidak pernah tahu pergolakan apa yang sedang dihadapi seseorang. Kita tak pernah tahu seberat apa kehidupan yang harus dijalani oleh mereka. Kita tak pernah tahu kesulitan apa yang mereka alami, dan kita tidak pernah tahu perjuangan apa saja yang telah mereka tempuh.
Jadi, berbaik hatilah dengan menjaga lisan kita agar tidak menyinggung atau bahkan menyakiti orang lain.
Coba bayangkan jika kata-kata itu ibarat sembilu, sudah berapa sayatan yang kita goreskan ke hati orang lain? Sudah berapa banyak orang yang kita lukai?
Kata-kata yang kesannya sepele itu boleh jadi memiliki daya rusak yang luar biasa. Maka, janganlah merusak ukhuwah dan silaturahim dengan kata-kata yang bisa membuat orang lain merasa terzhalimi.
Jadilah pribadi yang baik yang menjaga lisan dan sikap serta memiliki rasa empati kepada orang lain. Jangan sampai kita menjadi orang yang menyebalkan karena annoying people is annoying.
Wallahu ta’ala a’lam bish-shawaab.
Semoga bermanfaat.
Foto ilustrasi: google
Profil penulis:
Lonceng Kecil
Seorang anak, kakak, istri dan ibu yang biasa-biasa saja, namun mencoba menjalankan perannya dengan sepenuh hati.
Blog: loncengkecil.wordpress.com
Article source: http://www.ummi-online.com/jangan-rusak-ukhuwah-dengan-pertanyaan-kapan.html